Konon Sewaktu masih muda, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Maka gurunya yang bijak bernubuwat: "Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu." Suatu ketika seorang Filsuf moral yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal. Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu memesan makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan bakar. Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang Filsuf mengerenyitkan keningnya menatap Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya. Nasruddin Hoja mendengarkan khotbah Sang Filsuf dengan sabarnya sampai Sang Filsuf kehabisan tenaga.“Kalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan?” Tanya Nasruddin Hoja kemudian.“Kalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri,” kata Sang Filsuf.“Silahkan kalau begitu!” Kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada Sang kisah di atas, kita akan belajar tentang ukuran moralitas dalam teori dan moralitas dalam prakteknya. Kita seringkali memakai ukuran moral itu untuk orang lain bukan untuk diri kita kisah Nasruddin Hoja dan Filsuf di atas, Sang Filsuf menegur dan menceramahi Nasruddin karena Sang Fisuf menganggap Nasruddin ini egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip jawaban Sang Filsuf bahwa ia tidak akan mementingkan diri sendiri dan akan mengambil ikan yang lebih kecil, rupa-rupanya ia telah mengukur moralitas Nasruddin. Harusnya sebagai seorang Filsuf moral yang bijak, ia mestinya menerima saja ikan yang kecil itu. Karena dengan menerima ikan yang kecil sebenarnya Sang Filsuf telah mempraktekkan moral yang ada pada pada kenyataannya tidak, Sang Filsuf malah menceramahi Nasruddin dan memakai ukuran moralitas untuk dipraktekkan oleh Nasruddin setelah mendapat jawaban yang seperti itu dari Sang Filsuf, dengan polosnya dia lantas menyodorkan ikan yang kecil itu kepada Sang Filsuf. Seolah-olah Nasruddin membantu Sang Filsuf untuk mempraktekkan apa yang telah ia sampaikan yang bisa kita petik dari sini adalah bahwa kita harusnya belajar betapa seringnya kita mengukur moralitas yang ada pada orang lain. Ukuran moralitas seolah-olah berlaku untuk selain kita, sementara kita abai akan moralitas kita A’lam Nasrudiningin membawa buah tangan berupa itik panggang. Sayang sekali, itik itu telah dimakan Nasrudin sebuah kakinya pagi itu. "Lihatlah," kata Nasrudin puas, "Di sini itik hanya berkaki satu." Tentu Timur Lenk tidak mau ditipu. Maka ia pun berteriak keras. Semua itik kaget, menurunkan kaki yang dilipat, dan beterbangan. BKBN Bu Ka Bali Nada Homi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki Ă© homi ka ta manda papagaioHomi ki Ă© homi ka ta manda papagaio, ayoHomi ki Ă© homi ka ta manda papagaioN'avisau, n'ripitiu, n'torna flauKo porta mal, kelĂĄ pa mi ka ta daTĂ­nhamos tudo para dar certo, ululuNĂŁo sabes como eu sofriN'staba mal, ma dja aceta, eitaPronta pa torna começaMama avisaba, mi mama dja flabaNha fidju, homi si ka bali nadaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelĂĄ foi Dios ki libram, ayaPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelĂĄ foi sĂł Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaMĂĄs un bĂȘs bu fla ma ami eraBu amiga, bu amor, bu amantiEt c'est pas vraiEt c'est pas vraiÉ ka un, Ă© dĂŽs, trĂȘsBu fadja, bu mintiBu fazem di dodu, bu jura pa tudu, aiĂ©Problema ki, pa bo, kelĂĄ Ă© normalPa mi bu ta matabaHoji foi bo ki matam, yaMa n'ka ta desejau mal nauKelĂĄ foi sĂł Dios ki libramBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaAfinal, o papi Ă© mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouAfinal, o papi Ă© mentirosoAfinal, o papi perdeu tudoAfinal, o papi manipulouManipulou manipulouBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaBu ka bali nadaNau, bu ka bali penaGossi mi n'ten certezaBu ka Ă© nha alma gĂȘmeaAh, ah, n'ten dorAh, n'ten dorAh, ah, j'ai mal VNVN VocĂȘ NĂŁo Vale Nada Homem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada, eiHomem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiadaHomem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiada, eiHomem que Ă© homem, nĂŁo fica de conversa fiadaTe avisei, repeti e te falei de novoPra parar de se comportar mal, que pra mim jĂĄ chegaTĂ­nhamos tudo para dar certo, realVocĂȘ nĂŁo como eu sofriEstava mal, mas jĂĄ aceitei, eitaPronta pra começar de novoMinha mĂŁe avisava, minha mĂŁe sempre falavaMinha filha, homem assim nĂŁo vale nadaVocĂȘ matava por mimHoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă©Mas nĂŁo te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrou, ahVocĂȘ matava por mimHoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă©Mas nĂŁo te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrou, ahVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaMais uma vez, que vocĂȘ me fala que era sĂłSua amiga, seu amor, sua amanteE isso nĂŁo Ă© verdadeIsso nĂŁo Ă© verdadeNĂŁo foi uma vez, mas duas, trĂȘsVocĂȘ vacilou, vocĂȘ mentiuVocĂȘ me fez ser a doida, vocĂȘ jurou por tudo, Ă©O problema Ă© que pra vocĂȘ isso Ă© normalVocĂȘ matava por mimHoje foi vocĂȘ que acabou me matando, Ă©Mas nĂŁo te desejo nenhum malIsso foi Deus que me livrouVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaNo fim, o cara Ă© mentirosoNo fim, o cara perdeu tudoNo fim, o cara manipulouManipulou manipulouNo fim, o cara Ă© mentirosoNo fim, o cara perdeu tudoNo fim, o cara manipulouManipulou manipulouVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaVocĂȘ nĂŁo vale nadaNĂŁo, vocĂȘ nĂŁo vale a penaHoje tenho certezaQue vocĂȘ nĂŁo Ă© minha alma gĂȘmeaAh, ah, isso me dĂłiAh, isso me dĂłiAh, ah, isso me faz mal

Yangsatu lebih besar daripada yang lain. Tanpa permisi, Nasrudin langsung mengambil ikan bakar yang lebih besar. Sang filsuf, melihat cara Nasrudin yang tidak sopan, segera memarahi Nasrudin. Menurutnya, Nasrudin sangat egois, melanggar etika, dan perilakunya tidak sesuai dengan kecerdasan.

Ada seorang pedagang tua meninggal dan mewariskan harta yang cukup banyak buat anak lelaki satu-satunya. Namun karena anak itu sangat gemar berfoya-foya dengan teman-temannya dalam sekejap habislah harta warisan orang-tuanya. Tentu saja kawan-kawannya mengetahui bahwa ia sudah miskin mereka meninggalkannya. Ketika ia benar-benar miskin dan sebatangkara, pergilah ia menemui Nasruddin Hoja yang dikenal bijak dan dapat menolong siapa pun yang sedang mengalami kesulitan. “Hartaku sudah habis dan kawan-kawanku semuanya telah meninggalkanku,” kata anak lelaki itu. “ Tolong ramalkan apa yang akan terjadi pada saya.” “Oh, jangan khawatir,” jawab Nasruddin Hoja “Segalanya akan beres kembali. Tunggu beberapa hari, kau akan senang dan bahagia melebihi sebelumnya.” Anak itu gembira bukan main mendengar kata-kata itu. “Jadi saya akan kembali menjadi kaya raya ?” tanyanya. “O, tidak, bukan itu maksudku. Kau salah tafsir. Maksudku ialah dalam waktu yang tak lama kau akan terbiasa menjadi orang miskin dan terbiasa pula tak mempunyai teman. Seorang filsuf dan moralis yang terkenal singgah di kota Ak Shehir tempat Nasruddin Hoja tinggal. Filsuf itu telah banyak mendengar tentang kebijaksanaan Nasruddin Hoja, ia bermaksud mengajaknya berdiskusi. Untuk itu ia mengundang Nasruddin Hoja makan di suatu restoran. Setelah memesan makanan, mereka pun berdiskusi. Tak lama kemudian pelayan datang menghidangkan dua ekor ikan bakar. Salah satu ikan bakar itu memiliki ukuran yang jauh lebih besar dari ikan lainnya. Tanpa ragu-ragu Nasruddin Hoja mengambil ikan yang terbesar. Sang filsuf menggerenyitkan keningnya menatap Nasruddin Hoja dengan tatapan yang tak percaya. Kemudian Sang Filsuf mengatakan bahwa apa yang dilakukan Nasruddin adalah suatu hal yang hina dan egois dan bertentangan dengan prinsip-prinsip moral, etika dan kepercayaaan masyarakat pada umumnya. Nasruddin Hoja mendengarkan khotbah Sang Filsuf dengan sabarnya sampai Sang Filsuf kehabisan tenaga. “Kalau begitu Tuan, seharusnya apa yang akan kau lakukan ?” tanya Nasruddin Hoja kemudian. “Kalau saya, sebagai orang yang bijak. Saya tidak akan mementingkan diri sendiri dan tentunya akan mengambil ikan yang lebih kecil untuk diriku sendiri.” Kata Sang Filsuf. “Silakan kalau begitu !” kata Nasruddin Hoja singkat, sambil menyodorkan ikan yang kecil pada Sang Filsuf. Nasruddin berbincang-bincang dengan hakim kota. Hakim kota, seperti umumnya cendekiawan masa itu, sering berpikir hanya dari satu sisi saja. Hakim memulai, “Seandainya saja, setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, 
” Nasruddin menukas, “Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukum lah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan.” Hakim mencoba bertaktik, “Tapi coba kita lihat cendekiawan seperti Tuan. Kalau Anda memiliki pilihan kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan dipilih?” Nasruddin menjawab seketika, “Tentu, saya memilih kekayaan.” Hakim membalas sinis, “Memalukan. Tuan adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Tuan memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?” Nasruddin balik bertanya, “Kalau pilihan Tuan sendiri?” Hakim menjawab tegas, “Tentu, saya memilih kebijaksanaan.” Dan Nasruddin menutup, “Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.” SimpanSimpan 3 Nasrudin Hoja Untuk Nanti. 0 penilaian 0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara) 19 tayangan 10 halaman. 3 Nasrudin Hoja. Diunggah oleh Dinan Hadaina. aku pergi. Tapi pikirkan" bagaimana kalau perusuhnya sudah ada di dalam sana #" kata Nasrudin sambil beranjak dari tempatnya 1 3. API Hari ,um-at itu, Nasrudin menjadi Nasrudin Hoja merupakan tokoh kocak pada kisah sufistik yang dikenal di seluruh dunia, terutama di negara-negara berpenduduk Muslim. Setiap kisah selalu menampilakannya dalam kondisi yang berbeda-beda melalui ide dan cara pandang humoris dan mengekpos komentar berani namun kocak dan penuh dengan hidup. Yang paling menarik dari cerita-cerita tokoh ini adalah meski lucu namun sarat dengan makna filosofis, sufistik; menggelitik nalar dan hati nurani. Menurut berbagai sumber, sufi yang hidup di kawasan sekitar Turki pada abad-abad kekhalifahan Islam hingga penaklukan Bangsa Mongol ini merupakan seorang filosof yang bijak dan penuh dengan cita rasa humor. Kisah-kisah Nasrudin telah dikenal hampir di seluruh belahan dunia. Tentu saja, seluruh kisah tentang Hoja dengan rentang waktu lebih dari 7 abad, tidak semua asli darinya. Kebanyakan merupakan produk budaya humor secara kolektif bukan hanya dari Budaya Turki tapi juga dari masyarakat Islam lainnya. Meski begitu dikenal, hoja merupakan tokoh yang masih diperdebatkan keberdaanya antara fiktif dan sejarah. Banyak teori tentang biografinya, namun sayangnya belum cukup memberikan data yang valid. Sejak Abad ke-16, tokoh ini semakin populer karena ia menawarkan alternatif kepada masyarakat yang mulai bosan terhadap segala hal sifatnya formal dan kaku. Kisah tentang Nasrudin Hoja pada awalnya ditemukan dalam beberapa manuskrip pada awal abad ke-15. Cerita pertama ditemukan dalam Ebu'l-Khayr-i Rumis Saltuk-name 1480. Dalam buku tersebut dikatakan bahwa nasrudin merupakan murid sufi dari Seyyid Mahmud Hayrani di Aksehir, barat laut Turki abad ke-19, Mufti Sivrihisar, Huseyin efendi, menulis dalam Mecmua-i Maarif bahwa Nasrudin lahir pada 1208 di desa Hortu sekarang disebut Nasreddin Hoca Koyu bagian dar Sivrihisar dan meninggal 1284 di Aksehir, setelah hijrah ke sana. Menurut sumber ini, Hoja belajar di SIvrihisar dan madrasah Konya. Hoja belajar fiqh serta belajar tasawuf langsung pada Mawlana Jala al-Din al-Rumi 1207-1273 di Hoja mengikuti Seyyeid Mahmud Hayrani, sebagi guru sufi keduanya, hijrah ke Aksehir dan menikah di sana. Konon, Sewaktu masih muda, Nasrudin selalu membuat ulah yang menarik bagi teman-temannya, sehingga mereka sering lalai akan pelajaran sekolah. Maka gurunya yang bijak bernubuwat “Kelak, ketika engkau sudah dewasa, engkau akan menjadi orang yang bijak. Tetapi, sebijak apa pun kata-katamu, orang-orang akan menertawaimu.” Ramalan pun menjadi kenyataan, di Aksehir, Hoja menjadi Imam dan hakim. Karena rasa humor yang tinggi dan ulasan-ulasanya yang cemerlang, ia menjadi sangat tersohor dan terkemuka di kota Nasrudin Hoja dikenal di seluruh Timur Tengah yang tentu kemudian diwarnai dengan budaya di mana cerita itu berkembang. Yang jelas, kebanyakan kisah Nasrudin diceritakan sebagai kisah lucu dan anekdot. Kisah-kisah ini tidak henti-hentinya diceritakan baik di kafe, di tempat orang-orang berkumpul untuk ngobrol, serta di rumah sebagi bahan cerita untuk anak. Meski begitu akrabnya kisah Hoja dengan masyarakat, satu karakter yang tetap melekat pada kisah Hoja ini adalah inti yang terkandung dari kisah lucu tersebut hanya orang-orang pada level inteletual tertentu yang mampu memahaminya. Kisah-kisah lucu namun kaya akan pesan moral, biasanya bahkan penuh dengan pesan-pesan spiritual yang mencerahkan dan tak jarang juga memuat perilaku dan jalan menuju maqam makrifatullah. Karena itulah, tak jarang kisah-kisah Hoja ini menjadi materi pengajian sufi. Kisah-kisah Hoja juga sarat dengan sindiran dan kritik yang cukup berani terhadap tirani dan kekuasan serta ketimpangan sosial dan egoisme elit. Karena itulah, Nasrudin merupakan simbol keberanian, penentangan, sarkastis, ironis, dan komedi kritis di Timur Tengah. Di Indonesia, kemasyhuran Nasrudin Hoja hampir tidak kalah dengan Abu Nawas. Di tengah dahaga kaum Muslim Indonesia akan nilai-nilai spiritual, beberapa buku yang memuat kisah-kisah Nasrudin Hoja pun laris manis di adalah salah satu contoh kisahnya yang lucu dan penuh sindiran terhapa penguasaTimur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati. Tetapi Timur Lenk berkata,"Ajari keledai itu membaca. Dalam dua minggu, datanglah kembali ke mari, dan kita lihat hasilnya."Nasrudin berlalu, dan dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar. Nasrudin menggiring keledainya ke buku itu, dan membuka keledai menatap buku itu, dan tak lama mulai membalik halamannya dengan lidahnya. Terus menerus, dibaliknya setiap halaman sampai ke halaman akhir. Setelah itu si keledai menatap Nasrudin."Demikianlah," kata Nasrudin, "Keledaiku sudah bisa membaca."Timur Lenk mulai menginterogasi, "Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?"Nasrudin berkisah, "Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halam untuk bisa makan biji-biji gandum itu, sampai ia terlatih betul untuk membalik-balik halaman buku dengan benar.""Tapi," tukas Timur Lenk tidak puas, "Bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya ?"Nasrudin menjawab, "Memang demikianlah cara keledai membaca; hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Kalau kita membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berati kita setolol keledai, bukan ?"Itulah satu contoh kisah humor sufistik dari Hoja, dan masih ada ratusan cerita lucu penuh makna yang dikaitkan dengan tokoh kita yang satu ini.taq/dari berbagai sumber

Setelahitu si keledai menatap Nasrudin.'Demikianlah,' kata Nasrudin, 'Keledaiku sudah bisa membaca.'Timur Lenk mulai menginterogasi, 'Bagaimana caramu mengajari dia membaca ?'Nasrudin berkisah, 'Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya.

ï»żTopik Khusus Nasrudin Hoja dikenal sebagai filsuf yang bijak namun memiliki kisah-kisah dan anekdot yang lucu. Kisah-kisah Nasrudin Hoja biasanya mengandung humor dan mendidik. Berita Terkini Temu Hikmah Kisah Nasrudin Hadiah Gajah dari Komandan Tentara Rabu, 2 Maret 2022 0400 WIB Temu Hikmah Kisah Nasrudin Kuda yang Bisa Bernyanyi Selasa, 1 Maret 2022 2309 WIB Temu Hikmah Kisah Anak Lelaki Pintar dan Keledai yang Hilang Selasa, 1 Maret 2022 1416 WIB Temu Hikmah Pelukis dan Perempuan Kaya Pembawa Anjing Senin, 28 Februari 2022 0500 WIB Temu Hikmah Saat Nasrudin Datang ke Pesta Senin, 28 Februari 2022 0420 WIB Temu Hikmah Tips Pertama untuk Layanan Kedua Minggu, 27 Februari 2022 2132 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Doa yang Tergesa Minggu, 27 Februari 2022 2128 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Janggut Kepala Desa Sabtu, 26 Februari 2022 0620 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Puisi Karya Kepala Desa Sabtu, 26 Februari 2022 0415 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Pot Tetangga yang Beranak Jumat, 25 Februari 2022 0700 WIB Temu Hikmah Nasrudin dan Lelaki Buta Huruf Kamis, 24 Februari 2022 0500 WIB Temu Hikmah Takdir Menurut Nasrudin Kamis, 24 Februari 2022 0420 WIB Temu Hikmah Satu Cara untuk Bisa Bergembira! Rabu, 23 Februari 2022 0430 WIB Temu Hikmah Nasrudin Pakaian yang Memberi Makanan Selasa, 22 Februari 2022 0415 WIB Temu Hikmah Nasrudin di Medan Perang..!! Senin, 21 Februari 2022 0600 WIB 1 2 Next
OlehHandayani Diposting pada 8 Maret 2021. Kata-Kata Bijak Tentang Makanan yang Menarik - Sebagai manusia kita tentu membutuhkan makan supaya tetap hidup. Ada banyak aneka jenis makanan yang bisa kita makan, mulai dari makanan ringan hingga makanan berat. Bahkan kita bisa membuat makanan sendiri. - Suatu ketika seorang tetangga datang kepada Nasruddin dengan masalahnya dan mengeluh, "Saya benar-benar bermasalah." "Saya memiliki rumah kecil dan semakin sulit untuk menampung keluarga saya yang terdiri dari istri saya, tiga anak dan ibu dengan saya di rumah kecil itu. Anda orang yang bijak apa kau punya saran untukku??" Nasrudin menjawab, "Ya. Saya dapat membantu Anda, tetapi pertama-tama beri tahu saya apakah Anda punya ayam di pekarangan Anda?. Tetangga menjawab, "Ya, ada sepuluh ayam." Nasrudin meminta tetangganya untuk menempatkan ayam-ayam mereka di rumahnya. Mendengar itu tetangga menjawab, "Bukankah saya baru saja memberitahu Anda bahwa rumah kami sudah sempit.?" Baca Juga Mataram, Negeri Pembangun Candi 1 Nasrudin tetap memintanya untuk menyimpan semua ayam itu di rumah. Putus asa untuk menemukan teman yang bisa memberi solusi, tetangga itu mengikuti kata-kata Nasrudin. Keesokan harinya tetangga itu datang lagi ke Nasrudin dan berkata, "Keadaan semakin buruk dengan ayam di rumah.. Karena keluarga ini semakin bermasalah tinggal di rumah itu." Nasrudin berkata, 'Kamu punya keledai kan?? Sekarang ambil keledai milikmu itu dan simpan juga dia di dalam rumah." Tetangga keberatan, tetapi Nasrudin entah bagaimana meyakinkan hal itu sehingga tetangga mau melakukan sarannya yang aneh. Keesokan harinya tetangga datang lagi ke Nasrudn, dengan wajah lebih tertekan dan berkata, "Sekarang, rumah saya bahkan lebih ramai. Dengan semua hewan ini di rumah, bahkan tidak ada tempat untuk bergerak." Baca Juga Mengusut Ketegangan Psikologis di Lirik Lagu Runtuh Feby Putri feat Fiersa Besari Bagian 1 Nasrudin bertanya, "Apakah Anda memiliki hewan lain di halaman Anda??" Tetangga menjawab, "Ya, kami punya kambing." Nasrudin menasihatinya untuk memasukkan kambing itu juga di rumah kecil itu. Kali ini Tetangga menolak untuk melakukannya. Tetapi lagi-lagi Nasrudin meyakinkannya untuk memasukkan kambing itu ke dalam rumah. MelatiSeptyana Pratiwi, Jurnalis · Selasa 15 Maret 2022 10:14 WIB. Humor sufi, kisah Nasrudin Hoja kerap berkhutbah Jumat tapi enggan melakukannya (Foto: Istimewa) JAKARTA - Dikisahkan dalam kitab Humor Sufi II yang diceritakan kembali oleh Djoko Damono, ada seorang pria bernama Nasrudin Hoja. Ia selalu diberikan tugas untuk mengisi khutbah
FilterBukuSosial PolitikNovel & SastraReligi & SpiritualHobiBuku Remaja dan AnakMainan & HobiMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 75 produk untuk "nasrudin hoja" 1 - 60 dari 75UrutkanAdSang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin SelatanAlifia 15AdShalat Jum'at di Hari Kamis - 101 Kisah Jenaka Nasruddin SlemanArea Buku 20AdPerkembangan Tafsir Al-Quran Di Asia Tenggara - Nasruddin 6%Kab. SlemanSocial Agency 13AdProduk Terbarubuku DARMAGANDHUL KISAH KEHANCURAN JAWA DAN AJARAN2 RAHASIA buku erga online bookAdBUKU BIOGRAFI LENGKAP ALI BIN ABI THALIB RA - Abdul Syukur 2BUKU SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN 3Sang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin SelatanAlifia 15SANG MULLAH KUMPULAN KISAH BIJAK JENAKA NASRUDIN 2Sang Mullah Kumpulan Kisah Bijak Jenaka Nasrudin Hoja - Astrid BandungBukunetbuku,360,CERITA JENAKA NASRUDIN Sidoarjotoko kolong atap
4B19K1E.
  • ibpxku5ela.pages.dev/142
  • ibpxku5ela.pages.dev/330
  • ibpxku5ela.pages.dev/52
  • ibpxku5ela.pages.dev/264
  • ibpxku5ela.pages.dev/25
  • ibpxku5ela.pages.dev/48
  • ibpxku5ela.pages.dev/120
  • ibpxku5ela.pages.dev/245
  • ibpxku5ela.pages.dev/307
  • kata bijak nasrudin hoja